Aku Diperkosa Sahabatku

Sebut saja namaku Imelda. Ini peristiwa yang tak terlupakan, sehingga aku jadi ketagihan seks.
Umurku 25 tahun, badanku lumayan bongsor untuk cewe se usiaku.
Tinggiku 168 cm, berat 57 kg. Lingkar bra 36 dengan cup C.

Pantatku lumayan besar. Banyak yang bilang pinggangku kecil seperti body gitar. Oh ya, kulitku putih. Chinese manado. Rambutku hitam panjang hampir sampai pinggang. Wajahku biasa saja. Banyak banget teman yang bilang mirip Vicky Li. Keseharian tubuhku wangi sabun palmolive teraphy. Untuk parfum aku gak ngasih tahu.

Aku mempunyai sahabat pria.. Sebutlah namanya Jeksen. Dia sahabatku yang paling dekat sejak kuliah di Jakarta. Pribumi asal Lampung. Satu lagi Toni, pribumi asal Bogor. Hanya saja aku lebih dekat dengan Jeksen. Dia biasa sering curhat mengenai pacarnya, dia juga sering cerita tentang kenakalannya.

Bahkan dia juga terbuka cerita mengenai seks dan prostitusi. Kami seperti sahabat karib yang saling menceritakan semua tentang dunia kami. Bisa dibilang seperti saudara.

Aku mengganggapnya kakak. Bila aku pergi dugem dan minum2, dia selalu menjagaku. Aku sangat percaya kepadanya. Bahkan aku sudah biasa ganti baju di depannya. Begitu pula dia. Pernah dia masturbasi di depanku saat kami sama2 nonton film porno sambil menghisap ganja.

Aku sudah punya pacar, begitu pula Jeksen. Tapi itu tidak mengurangi persahabatan kami sedikitpun. Kami juga sudah mengenalkan pacar kami masing2.
Nah.. kejadian laknat ini terjadi pada saat Jeksen putus dengan pacarnya.

Dia sangat stress.. aku tau dia sangat mencintai pacarnya, Natalia. Gara2 Jeksen kepergok selingkuh dengan teman kantorku, Merry. Jeksen menyesal karena sudah selingkuh, tapi semua sudah terlambat. Aku mengenal Natalia seperti apa. Dia cantik dan tegas.

Seperti biasa, Jeksen sering main ke kost ku, dia curhat, bahkan sempat nangis. Aku sangat kasihan, aku menyayangi Jeksen seperti kakaku, aku sering menghibur dia.. ngajak nonton, ngajak dugem, dll.

Suatu kali pada hari sabtu, aku ingat sebelum libur lebaran. Jeksen mengenalkan aku pada temannya sebut namanya, Alex. Dia bandar sabu dan extacy. Malam minggu itu aku diajak Jeksen untuk dugem di daerah Jakarta Utara. Malam itu aku mabuk berat, menikmati musik dan suasana diskotik.

Kami berlima.. aku, Jeksen, Toni, Alex dan temannya. Terakhir aku tau namanya Bram, orang ambon, tinggi besar dan hitam dengan tatto di seluruh lengannya. Sejauh kukenal, Alex dan Bram orangnya asik dan lucu.

Saat sedang on, aku hanya ingat sepintas, Bram memeluk cewe, entah itu cewe diskotik atau temannya. Sedangkan Toni seperti biasa, selalu mengajak kenalan cewe dugem yang ada di situ.

Masing2 berjoget sambil pelukan. Jeksen dan Alex tidak memanggil cewe.. mereka juga asik on. Kadang mereka bergantian memelukku dari belakang. Aku sudah biasa dipeluk oleh Jeksen.. namun ketika Alex memelukku, aku agak risih sebenarnya. Tapi karena sedang on, aku berusaha biasa saja, tidak memperdulikan.

Kami hanyut dalam suasana diskotik. Seru sekali.. Baru kali itu aku benar2 mabuk parah sampai kepalaku terasa berat sekali. Tapi aku tenang saja selama ada Jeksen dan Toni. Ya mereka sahabatku sudah lama. Aku percaya pada mereka.

Entah kenapa beberapa jam kemudian, aku sudah berada di hotel. Aku terlentang di kasur, kepalaku masih berat dan sesekali hilang kesadaran. Jadi aku tidak ingat persis kenapa bisa sampai di hotel.

Badanku lemas semua, mataku menyapu ruangan mencari Jeksen dan Toni. Aku melihat Jeksen tergeletak duduk senderan di samping pintu kamar mandi. Lalu aku mencari Toni, dengan posisiku yang masih terlentang di kasur ini.

Aku pikir, mungkin Toni cek in dengan cewe kenalannya. Aku tau kebiasan Toni dan Jeksen. Hanya dalam hatiku, tumben Jeksen gak nyari cewe untuk cek in, atau mungkin dia mabuk parah?…. ah ya sudahlah, aku pejamkan mata, tiduran dengan suara musik yang masih terngiang di kupingku.

Tiba2 ada suara pintu kamar dibuka. Aku masih sedikit sadar dalam posisi tidur dengan mata terpejam, aku mengenali itu suara Alex.. rupanya bersama Toni. Aku hanya mendengar…

“Brengsek tadi tuh cewe, udah minta minum ini itu, malah kabur!” Umpat Toni..

“Hahaha.. sabar bro. Biasalahh. Pecun” seloroh Alex sambil menutup pintu kamar hotel.

Lalu ada suara kunci yang dijatuhkan ke meja, ada suara plastik, dan suara langkah mendekat. Tiba2 saja, Alex merebahkan badannya disampingku persis. Aku kaget dan membuka mata melihat Alex. Mukanya merah padam, matanya juga merah. Aku merasakan tangannya menggerayangi perutku. Malam itu aku menggunakan tanktop hitam dengan jeans warna putih.

“Kurang ajar nih Alex” Dalam hatiku.. tanganku terasa berat untuk menepis tangan Alex yang mulai menyelip dibalik tanktop ku bagian perut. Kepalaku juga terasa pusing. Hanya mataku yang masih lincah melihat keadaan.

“Ckk! Ahh.. ngapain sihh” Aku ngedumel ke Alex. Suaraku tidak bisa kencang.. Serak rasanya. Alex hanya tersenyum. Matanya penuh nafsu melihatku.
Aku sadar, di kamar itu hanya aku wanita satu2nya.

“Ton.. ni ada cewe nganggur nih. Heheheheh” godanya kepada Toni. Aku tau mungkin itu maksudnya bercanda, tapi aku mulai merasa risih. Toni kulihat sedang duduk di kursi samping ranjang sambil membuka botol vodka.. Lalu menatapku tersenyum. Aku hanya melihat tatapannya seolah aku mengancam untuk menjagaku.

Tidak lama kemudian Jeksen berdiri melangkah ke kasur mendekati aku dan Alex. Dia hanya terdiam.. lalu matanya melihat ku. Jeksen menindih badanku, lalu mencium keningku. Entah kenapa aku merasa risih. Aku merasa ini mulai tidak terjadi seperti biasanya. Jeksen mencium keningku, lalu leherku. Tangannya meremas payudaraku. Anehnya aku tidak bisa menolak. Mungkin karena aku masih merasa sangat mabuk.

Aku hanya terkaget, suaraku lirih..

“Jek.. ngapain sih lu?”. Jeksen hanya diam lalu berbisik di kupingku..

“gue horny Mel.. “.

“Ahh! Gila lu. Jangan gini ah” desahku lirih.. seluruh tubuhku terasa berat apalagi ditindih oleh Jeksen yang agak tambun.

Lalu Alex seperti bajingan, dia menyoraki Jeksen..

“Ayo Jek, dari pada gak ada cewek. Hajarrrr” teriaknya sambil tertawa.

Aku mulai ketakutan.. aku sadar bahwa mereka bukan lagi pelindungku. Mereka mulai kesetanan karena nafsu. Aku sadar mereka tidak mendapat cewe malam ini. Timbul ke khawatiranku, jangan2 mereka semua mau memperkosaku?..

Penis Jeksen terasa keras dibalik celananya, terasa menempel di pahaku. Aku mulai ketakutan dan bingung, aku menyadarkan Jeksen lewat kata2.

“Jek.. pliss jangan gini ah.” Aku memelas. Jeksen yang kulihat sekarang berbeda dari biasanya, dia seolah tidak ingat bahwa aku adalah sahabatnya yang seharusnya dia jaga.

Jeksen mencium leherku, dadaku. Aku terus merengek dan tanganku berusaha menolak badannya yang besar itu. Postur Jeksen tidak terlalu tinggi, badannya agak gemuk. Seperti om2 penampilannya.

Dia terus menciumku dengan nafsu. Sesaat aku kaget bukan main.. tangannya menyelinap tanktop ku dari bagian perut merayap keatas dengan cepat meremas buah dadaku yang masih terbungkus bra.

Aku akhirnya menjerit. Untuk menyadarkan Jeksen. Tapi apa daya, Jeksen mulai beringas, apalagi dikompori oleh Alex.

“Benar2 bajingan lu Lex” berkali-kali aku memaki dalam hati.

Lebih kurang ajar lagi, Alex ikut meraba payudaraku, dia meremas sambil mencium pundakku. Aku mulai panik, rasanya mau nangis..

Jeksen bangkit dengan posisi duduk, menindih pahaku.. dia membuka celananya mengeluarkan penisnya. Aku memang tidak terlalu kaget karena sudah pernah melihat. Tapi yang aku kaget adalah membayangkan dia akan menyetubuhiku. Sahabatnya.

Jujur saja, saat itu aku tidak berontak, aku hanya berharap ini tidak terjadi. Dalam hatiku aku sangat tidak ingin, tapi keadaan diriku yang masih mabuk. Rasanya seperti pasrah.. Penolakan yang aku lakukan tidak bisa kuat, karena masih merasa on. Aku hanya teringat pacarku Febrian..

Aku bahkan belum pernah melakukan seks dengannya. Memang aku sudah tidak perawan, karena dulu pernah kuserahkan kegadisanku pada mantanku yang dulu. Semua kuceritakan kepada Febrian.. dia pria yang baik. Dia mau menerimaku apa adanya. Aku sangat sayang padanya. Kami akan menikah pada bulan November nanti.

Tapi kini aku merasa sangat berdosa pada Febrian. Aku akan disetubuhi oleh sahabatku yang tidak bisa aku cegah. Rasanya miris sekali mengingat Febrian. Saat ini dia sedang keluar kota, dinas kerja. Dia tipe cowo yang setia dan alim. Aku bahkan menyebut nama Febrian untuk mengingatkan Jeksen.

Tapi Jeksen tidak perduli.. dia menciumku dengan buas.. bahkan dia melicuti tanktop ku.. badanku masih terasa lemas sekali. Aku merasakan kedua tanganku dipegangi oleh Alex keatas, supaya tanktop ku bisa dilepas. Lalu Jeksen turun dari ranjang, dia membuka kancing celanaku. Aku sempat menahan tangan Jeksen, tapi tenaga Jeksen jauh lebih kuat.

Aku terus merengek memohon pada Jeksen.. aku tidak perduli pada yang lain. Kunci ku adalah pada Jeksen, pikirku.

“Jek… please. Jangan dong. Please” kataku. Saat itu aku mulai menangis. Sudah berapa kali aku memohon tapi tidak digubris.

Jeksen sukses membuka kancing celana jeansku, lalu dia menarik paksa celanaku kebawah. Aku yang masih terlentang dikasur terseret kepinggir karena jeansku yang ketat. Aku merasakan bongkahan pantatku, pahaku dingin kena angin AC.

Sekarang badanku telanjang, hanya bra dan celana dalam saja. Aku masih ingat pakaian dalamku itu berwarna merah dengan renda.

Alex duduk di kasur di sebelah atas kepalaku, dia mengangkat badanku dari belakang sampai aku keposisi duduk di ranjang menghadap Jeksen.. Alex duduk persis dibelakangku, kedua kakinya masing2 disamping sisi pinggangku.

Dia memelukku dari belakang sambil meremas payudaraku, tanganku masih lemas memegang tangan Alex, kutahan untuk tidak meremas tubuhku. Tapi aku kalah kuat. Aku juga merasakan penisnya mengeras dibalik celananya, menempel pantatku.

“Toketnya berat bro.. kenyaaal… hahaha” kata Alex pada Jeksen. Kedua tangannya meremas payudaraku agak kasar.

Aku ingat betul kata2 itu.. hatiku miris dihina oleh Alex.

Tidak lama aku tersentak, Jeksen naik ke ranjang menghadapku dengan posisi berlutut. Penisnya yang tegang tepat berada di muka ku sekitar 10 cm. Aku tau, Jeksen ingin aku meng oral penisnya.

Rasanya betul2 pusing kepalaku menghadapi peristiwa ini.. gak tau harus berbuat apa, karena aku lemah sekali dan masih melayang rasanya.
Jeksen menempelkan penisnya dibibirku, dia memegang kepalaku dengan satu tangan agar kepalaku tegap menghadap penisnya dan supaya aku tidak bisa memalingkan muka.

Sudah lama sekali aku tidak pernah melakukan oral seks. Jadi teringat, mantanku yang telah mengambil kegadisanku. Dia sangat beruntung sudah mendapat perawanku. Dan waktu itu aku terus memanjakan dia, menuruti semua kemauan dia, terutama dalam seks. Sampai akhirnya aku disakiti, aku hampir tidak percaya lagi kepada semua pria.. sampai aku menemukan Febrian.

Tapi lihatlah sekarang.. Jeksen, sahabatku yang terbaik kini memangsaku. Hatiku pilu sekali.. dengan terpaksa aku mengulum penisnya.. tentu saja rasanya aneh, canggung..

Selama aku memberikan oral seks. Alex terus meremas badanku, dari toket , perut, pinggang, paha, semua tangannya meraba seluruh tubuhku setiap inci. Terus terang aku menjadi terangsang. Kuakui.. karena terus menerus di stimulasi oleh Alex. Tapi otakku mengatakan ‘tidak’.

Aku menghentikan oral seks. Tanganku memegang kedua tangan Jeksen dan terus memelas supaya berhenti dari kegilaan ini. Aku ingin pulang ke rumah.

Ternyata mereka malah semakin beringas. Kedua tanganku dipegang oleh Alex kebelakang tubuhku, seperti polisi membekuk penjahat. Karena tanganku tertekuk kebelakang, aku agak kesakitan.. dan disitu aku merasakan kekuatanku mulai pulih. Sedikit ada tenaga.. aku mulai berontak.

“Apa2an sih ini.. ahhh!” Teriakku.. berkali-kali aku berontak seperti itu ketika tangan2 mereka menjamah badanku.

Namun aku lebih kaget lagi, Toni tiba2 sudah disamping kiri ku.. dia sudah tidak mengenakan celana. Penisnya tegak lebih panjang dengan diameter lebih kecil. Dia membujukku dengan keadaan mabuk. Aku menjadi benci kepada mereka.

“Mel.. ayolah.. sekali aja kita ngewe..” bujuk Toni.

“Mel.. gue sayang sama elo” tambah Jeksen sambil membelai rambutku.

Hatiku hancur, sahabatku yang aku percaya kini semuanya malah memangsa diriku. Aku hanya menunduk menangis sebisanya. Mereka bener2 gak punya hati lagi. Bukannya kasihan padaku, malah tanganku dipaksa memegang penis Toni.

Lalu saat2 yang paling kutakutkan kini terjadi kenyataan.. Jeksen menarik celana dalamku. Aku menahan tangannya sebisa mungkin. Tapi dari belakang entah tangan siapa, aku tidak ingat.. tangan itu mengelitik ketiakku. Mereka semua tertawa… seolah ini semua candaan. Mereka berusaha melucuti celana dalamku. Tapi aku terus mempertahankan mahkotaku.

“Hahaha.. kitik kitik kitik. Hahah” suara mereka bergantian, sambil terus menggelitik ketiakku supaya aku melepaskan pegangan celana dalamku ini.

Tentu saja aku bergeliat, menahan geli, meronta sambil terus kupertahankan peganganku pada celana dalam. Mereka seolah bercanda denganku. Padahal aku menangis saat itu.

Akhirnya aku tidak kuat. Tanganku sebentar saja terlepas, langsung Jeksen menarik turun celana dalamku dengan cepat, sampai kukunya menggaruk pahaku. Bongkah pantatku yang besar dan pahaku bergoyang seketika. Aku hanya bisa melotot ke Jeksen.

Dan belum selesai kagetku, tiba2 saja aku merasakan tangan yang gesit dipunggungku melepas kait bra ku, dan langsung saja payudaraku menggantung bebas. Aku malu sekali.. aku menutup dadaku dengan kedua tangan melipat.

Tidak lama kemudian kedua tanganku ditarik keatas sampai badanku jatuh merebah pada kasur.. lalu ķakiku dipegangi oleh Alex. Aku meronta sekuat tenaga. Badanku sudah telanjang bulat di kasur itu.Saat itu pula aku melihat mereka bertiga seperti serigala kelaparan. Aku hanya mendengar Alex dan Jeksen saling berbisik sambil memegang kakiku. Sedih sekali rasanya. Aku hanya menunduk dan menangis sejadi2nya.

“Pleaseeeee…. jangann.. pleaseee” aku terus merengek sambil menangis. Tangan Jeksen meremas payudaraku

Mungkin karena aku semakin bertenaga meronta. Mereka menjadi semakin kompak. Aku terlentang dengan posisi kepalaku dipangku oleh Toni yang duduk bersila, kedua tangannya menahan tanganku, sambil aku terus meronta.

Agak sulit memang, tenagaku kalah oleh Toni. Sementara kakiku yang meronta dipegangi oleh Alex.. aku menendang kesana kemari, membuat Alex agak kewalahan memegang kakiku. Lalu Jeksen membantu memegangi kakiku.

“Jangan dong Jek. Tolongin guee..” berulang kali aku terus memelas walaupun rasanya sia2 saja.

Tapi aku tidak menyerah untuk menyadarkan sahabatku. Mereka bertiga semakin tidak berbicara.. hanya terdengar suara nafas mereka yang menggebu. Suara nafas yang bertenaga menahan tubuhku yang meronta.

Badanku meronta seperti meliukdan menggeliat dengan posisi kedua tangan dan kedua kakiku terkunci oleh tenaga mereka yang kuat karena nafsu.

Dan tidak disangka..
Alex naik ke kasur. Mengangkangi aku, lalu jongkok membelakangiku. Pantatnya duduk di perutku, menghadap ke arah Jeksen. Lalu dia memegang kedua kakiku keatas, kedua pahaku dipeluk erat di dadanya.

Aku menjerit sejadinya.. yang kutakutkan benar2 terjadi.. aku tidak bisa melihat karena terhalang badan Alex.. yang jelas aku merasakan vaginaku mulai dimasuki benda tumpul..

Saat itu aku kaget bukan main. Sudah lama sekali tidak melakukan seks… rasanya sakit.. penis itu menembus makin dalam.. makin dalam.. dan makin ke dalam liang vaginaku. Ada sedikit rasa nikmat.. aku merasakan daging batangan yang tegang dan berdenyut masuk di dalam vaginaku. Aku merasakan itu berdenyut pelan…

Kedua tangan dan kakiku sudah terkunci dan sudah tidak bertenaga lagi.. Sisa tenaga hanya ku fokuskan untuk menahan sakit di vaginaku. Penis itu terus menyodok.. keluar masuk. Aku hanya bisa mendesah menahan sakit tiap kali penis disodokkan.

“Ughh… ughh..sshhh” sambil sesekali aku mendesis.

Otakku serasa berputar merasakan hal ini menimpa diriku. Pikiranku gak karuan melayang.. masih sedikit merasa on dan disetubuhi.

Kedua tanganku yang dipegang keatas oleh Toni membuat kepalaku terapit oleh kedua lenganku yang montok ini. Dan aku juga merasakan penis Toni dibelakang kepalaku berdenyut menyenggol kepalaku.

Badanku terguncang oleh sodokkan Jeksen.. pandanganku hanya langit2 kamar. Dan sesekali berusaha melihat Jeksen tapi hanya punggung Alex diatas perutku menghalangi.

Sambil menahan sakit, badanku terus terguncang. Aku bisa merasakan kedua payudaraku bergoyang seperti puding.

Duh.. rasanya malu campur sedih.. tapi agak sedikit nikmat. Vaginaku terasa enak lama2.. dan dadaku berdebar merasakan kenikmatan yang terus kusangkal dalam diriku.

Karena masih mabuk yang kurasakan. Aku seperti nge fly.. mataku hanya terpejam. Mendengar suara desahan Jeksen.

“Shhh.. agh… sshhhh..”. Sementara Alex dan Toni hanya terdengar nafas yang memburu.

“Sshh… enak baget Mel.. ssshh.. enak banget memek lo… ssh” desah Jeksen berulang kali.

Suara tepukan antara pantatku dan pahanya mengisi ruangan kamar hotel.. diiringi desahan nafsu.

Sungguh hancur hatiku. Dipikiranku hanya terbayang Febrian. Bagaimana mungkin aku telah memberikan mahkotaku ini pada sahabatku sendiri.

Aku membayangkan bagaimana bila Febrian tahu aku sedang diperkosa.. aku juga mulai membayangkan bagaimana nanti kalau aku hamil.. aku terus membayangkan segala kemungkinan yang buruk.

Lumayan lama aku disetubuhi.. sampai tangan Toni melepaskan tanganku dan meremas payudaraku, memilin pentil toket. Aku semakin keblingsatan rasanya. Putingku di stimulasi, sedangkan vaginaku digenjot.

Rasanya membakar libidoku… aku mulai merasa kenikmatan.. rasanya seperti mau pipis. Sampai ada bunyi kecipakan di vaginaku. Aku malu sekali rasanya.

Setelah aku mulai merasa mau pipis, aku panik.. Aku merasa pipisku tidak bisa kutahan.. Seketika mau pipis rasanya seperti nikmat tiada tara… Darahku naik ke ubun2.. Aku tidak bisa menahan pipis ini dan mengalir saja rasanya disertai kejutan nikmat banget.. Yang akhirnya aku ketahui bahwa itu adalah ejakulasi pada wanita.

Genjotan Jeksen mulai pelan. Dan tidak kusangka aku dalam hati malah kecewa.. Aku tidak ingin genjotan berhenti. Yah. Nafsuku mulai memperbudak diriku. Makin pelan dan makin pelan.. ternyata aku merasakan cairan hangat menyemprot dinding rahimku.

Aku kaget banget.. aku hanya bisa melotot entah ke siapa. Kurasakan itu terus menyembur seperti semprotan pistol air beberapa kali di dalam vaginaku. Rasa cairan itu agak panas disertai daging penis yang berdenyut. Sebelumnya aku tidak pernah merasakan yang namanya ‘keluar di dalam’.

“Inikah ejakulasi pria dalam vagina?.. inikah cara membuat anak? Lalu bagaimana kalau aku hamil” aku terus membatin dan berpikiran macam2.

Lalu Jeksen mengeluarkan penis dari vaginaku diiringi cairan yang keluar, aku merasakan luber di kemaluanku. Ga tau deh kenapa.. aku tidak ada rasa malu lagi. Padahal aku telanjang bulat dihadapan mereka. Aku sudah tidak sadar sepenuhnya, kepalaku pusing dan berat.. Rasanya ngantuk sekali.

Lalu aku memejamkan mata. Tangan, kakiku semua lemas.. mau meronta pun percuma pikirku. Aku hanya bisa merasakan badanku digeser kesana kemari. Tidak jelas kini aku menghadap kemana. Yang pasti aku masih terlentang…

Kemudian aku merasakan penis masuk lagi ke dalam liang vaginaku. Aku cuma bisa membuka sedikit mataku.. pandanganku pun agak buram. Aku bisa melihat sosok itu adalah Alex. Ya.. dia yang mengambil giliran menyetubuhiku.

Sesaat kemudian badanku mulai bergoncang, payudaraku bergoyang, aku memejam mata dan merasakan desiran darahku.

Ya ampun.. aku bener2 jadi ikutan nafsu. Aku menikmati sekali persetubuhan yang kedua ini. Tapi otakku mengatakan tidak. Ini salah.. ini tidak boleh terjadi. Aku hanya menggelengkan terus kepalaku di kasur.

“Eghh… ssshh ughh… shhh”.. seperti itu kira2 aku mendesah sambil membanting kepalaku di kasur, dan tanganku mencengkram sprei. Setiap sodokan, aku mendesah menahan nikmat.

Genjotan demi genjotan di dalam vaginaku membuat libidoku meninggi. Dan ketika itu, masih sambil menggenjot, Alex merebahkan badan ke arahku. Dia mengulum puting payudaraku.. aku merasa horny.. sialan.. brengsek. Aku mengumpat diriku sendiri dalam hati. Tangan Alex meraba pinggangku, leherku, payudaraku tak berhenti diremas dan dikulum. Dijilati terus putingku sampai aku menggelinjang.

“Sshh. Enakk deh memekmu say… shhhh ahh sssh”. Alex terus mendesah sambil terus memuji diriku.

Entah itu pernyataan atau penghinaan buatku.

Alex terus mengulum putingku, menjilat payudaraku..

“sshh ahh.. Toket lo enak sayang.. sshh.. ahh. Toket lu bagus deh.. heheheh” bisiknya mendesah sambil mencium leherku, telingaku.

“Sshhh.. ahh.. sumpah… enak banget memekmu say… sshh.. ahh” terus dia mengulang desahan kata2 kotor seperti itu. Aku seperti pelacur malam itu.

Lalu badanku diangkat oleh Alex sampai posisiku duduk berhadapan dengannya.. penisnya masih tenggelam di dalam vaginaku. Aku dipeluk, dan Alex menggenjotku sambil berdiri..

Payudaraku terjepit dengan pelukan kami.. entah kenapa aku juga memeluk dia, tanganku melingkar di lehernya. Ohh aduhh.. ampun deh.. rasanya nikmat.. penisnya serasa mentok mau menembus ke perutku.

Kedua kakiku melingkar di pinggangnya.. Aku menyembunyikan wajah di bahunya. Enak banget rasanya. Aku sampe pipis saat itu. Iya.. aku keluar. Duh.. enak banget, aku membatin sendiri.

Genjotan Alex makin lama makin cepat.. dia menjatuhkan badanku di kasur dengan posisi penisnya yang masih menancap di kemaluanku. Aku kembali terlentang.. dia masih posisi berdiri di pinggir kasur. Dia menggenjotku penuh nafsu.. payudaraku yang bergoyang ditahan, diremas oleh Alex.

“Ssshh… ohh.. shh. Oh… aghh.. ” Alex terus mendesah sambil menyodokku dengan cepat.

Kupikir dia sudah mau keluar. Sodokan yang cepat ini membuat aku makin enak rasanya.. sungguh. Aku masih memejamkan mata sambil menggigit jari2 tanganku. Dari tadi aku nahan nikmat sulit sekali.. sering aku mendesah. Aduhh ampun deh.. rasanya enak banget. Aku hampir gak sadar diri.. aku meremas payudaraku. Aku tidak ingin kelihatan menikmati.. tapi tidak bisa. Aku mendesis kenikmatan.

Akhirnya kedua kalinya aku merasakan semprotan air mani di dalam vaginaku. Rasanya tidak terlalu deras. Tapi lagi2 aku merasakan sensasi cairan panas yang menyemprot dinding rahimku. Aku sangat lelah. Aku mengantuk sekali rasanya.. kepalaku masih pusing. Seluruh badanku lemas.

Permainan Alex tidak lama seperti Jeksen. Tapi aku ingat betul persetubuhan itu sebetulnya berlangsung sekitar setengah jam masing2 orang. Kami semua mabuk dan tidak merasakan waktu. Ya.. karena beberapa kali aku melihat jam dinding kamar hotel.

Dan selanjutnya aku tidak ingat betul aku seperti pingsan. Entah pingsan atau tidur.. rasanya aku ingin melayang dan tidur.

Terakhir sebelum aku kehilangan ingatanku malam itu.. aku melihat Toni mendekat. Pandanganku makin buram. Aku merasakan dia membalik badanku dan aku pasrah tengkurap… Dia menindihku dari belakang.. Penisnya digesekkan dibelahan pantatku.

Terakhir aku ingat kata2nya.. “ouhh.. sshhh pantat lo besar banget Mel. Enak… shhh..” dia mendesah.

Aku merasakan penisnya menggesek mengenai bibir kemaluanku. Dan tidak lama, penisnya menerobos seperti ular.. mulai masuk ke bibir kemaluanku. Dengan gesekan terus menerus penisnya makin lama tenggelam kedalam vaginaku.. aduh aku gak tahan. Aku pengen banget cepet digenjot.

Aku memejamkan mata lagi.. dan aku hanya merasakan badanku dibolak balik atau apalah.. aku cuma merasakan penis di kemaluanku terus menyodok. Suara desahan mereka makin lama makin tidak jelas terdengar olehku.

Aku sudah hilang ingatan setelah itu. Aku hanya ingat saat itu aku dimangsa oleh sahabatku. Kemudian aku baru benar2 sadar setelah bangun siangnya. Kami beres2 dan pulang.

Aku diantar oleh mereka. Sepanjang perjalanan aku diam. Beberapa kali Jeksen minta maaf.. dia mengaku tidak sadar.. yang lainnya juga.
Entah.. aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku sendiri bingung. Aku malu. Aku hanya diam.

Setelah kejadian itu, aku tidak pernah lagi mau dekat dengan Jeksen dan Toni.. aku tidak pernah menghubungi dia lagi. Beberapa kali Jeksen atau Toni menghubungiku.. aku tidak menggubris. Aku sudah berdosa pada Febrian.

Tamat,,,,,,,,,,,,,,

Related posts